Kenangan Kemenangan Kecil Marissa Haque, Ikang Fawzi, MM UGM, Program MBA, Yogyakarta

Kenangan Kemenangan Kecil Marissa Haque, Ikang Fawzi, MM UGM, Program MBA, Yogyakarta
Kenangan Kemenangan Kecil Marissa Haque, Ikang Fawzi, MM UGM, Program MBA, Yogyakarta, 25 Januari 2011

Wisuda MBA Ikang Fawzi Suami Marissa Haque dari FEB UGM, on Obsesi, GLOBAL TV, Feb, 2, 2011

Wisuda MBA Ikang Fawzi Suami Marissa Haque dari FEB UGM, on Obsesi, GLOBAL TV, Feb, 2, 2011

Tembang Gesang: Ikang Fawzi, Cerdas, kreatif dan Rendah Hati

Tembang Gesang: Ikang Fawzi, Cerdas, kreatif dan Rendah Hati

Jumat, 27 Mei 2011

Tulisan Sahabat Kami Pasangan Lisa Kohar & Kohar Ibrahim: Marissa Haque & Ikang Fawzi


Mar 26, '07 2:17 AM
oleh Ibrahimuntuk

A. Kohar Ibrahim :
Marissa Haque Artis Politisi Engage
Esai
Impresi dari Eropa
(4)
ADALAH orang yang sangat beruntung memiliki nama bernada irama memikat. Demikian menurut sastrawan Guy de Maupassant, dengan mengambil contoh nama intelektual  : Zola. Lengkapnya : Emile Zola. Sang pengarang roman engage « Germinal » dan sang penguggat ketidak adilan dan kedustaan dengan suratnya yang masyhur: « J’accuse ».
« Zo…la ! Oh la la ! » begitulah kiranya diimpresikan sekali pun hanya dalam hati. « Wah ! »

Jujur saja, saya pun termasuk yang suka menyimak nama-nama bukan saja bermakna melainkan juga bernada irama puitika. Karena itulah seketika saya tergugah, ketika baru-baru ini mendengar informasi sedang berlangsungnya seminar mengenai trafiking di kota Batam. Pasalnya berita tersebut menyebut kehadiran sosok kondang bernama Marissa. Maka kontan hati dan pikiran saya tergelitik.

Diucapkan via ponsel oleh seorang wanita, nama itu sarat irama yang ngemong layaknya seorang Ma(k) yang menyampaikan kesejuk-asaan dan perlindungan. 

« Ma… Ma-lisa… ! » kiranya begitulah bisa diimajinasi seorang balita kolokan memanggil-manggil mengundang kasih dan sayang. « Mari…Marissa… ! »

Sesungguhnya nama itu bukan sekedar nama yang hampa melainkan amat bermakna bernada irama penuh perhatian kasih sayang insan manusiawi. 

« Marissa tidak hanya berkapasitas dan berwawasan luas, » jelas Lisya Anggraini sang pemberi khabarku dari Batam itu. « Tapi juga punya akhlak yang baik dan memiliki tingkat spiritualitas dan pendalaman agama yang tidak cekak. Dia adalah salah seorang anggota DPR yang membidangi agama, sosial, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak-anak. »
Wah ! Kian tambah menggelitik saja lah jadinya. Lebih-lebih lagi ketika Lisya menambahkan penjelasannya bahwa Marissa salah seorang sosok artis kondang. Bintang film yang telah meraih sejumlah penghargaan tinggi.

Wah ! Sepertinya Lisya lagi memberi aba-aba sembari senyum supaya saya segera melacak barisan nama-nama kenamaan alias kaum selebriti Indonesia. 

« Marissa Haque… ! » desisku ketika menemukan seraya menyimak foto wajahnya. Sepintas lintas aku jadi teringat pada bintang film India terkemuka : Aishwarya. Yang membintangi film terbarunya « Devdas. » mengisahkan seorang lelaki pencinta yang tiada taranya terhadap perempuan idamannya. Aktris mantan Miss Monde itu minggu ini wajahnya jadi cover majalah mingguan terkemuka Eropa : Le VIF-EXPRESS .

Dari Batam Nusantara sepertrinya aku lagi dapat berkas cahya kejora. Dalam menelusuri seraya melacak-simak Marissa Haque. Betapa tidak. Bintang film yang kini juga sebagai politisi itu ternyata memang dari asal-usulnya juga ada aliran darah India-nya. Seperti yang dituturkan Ensiklopedi Tokoh Indonesia, kakeknya berasal dari India dan beragama Islam ; neneknya keturunan Belanda-Perancis beragama Kristen. Allen Haque, ayahnya juga berdarah Belanda-Perancis. Sedangkan ibunya Nike Suharyah binti Cakraningrat berasal dari Madura. Marissa yang kelahiran Balikpapan 15 Oktober 1962 menikah dengan Rocker Ikang Fawzi 12 April 1987.

Dari halaman Ensi itu pun dapat diketahui bahwa sang artis-politisi itu adalah seorang Sarjana Hukum Universitas Trisakti, selain mengukti Studi Kajian Film di Ohio University, Amerika Serikat.

Gelitikan hati selanjutnya melahirkan pertanyaan : Apakah Marissa Haque itu sebagai sosok intelektual selaras pemaknaan Prof Dr Franz Magnis-Suseno ? Yang bahwasanya  : « Secara moralitas, kaum intelektual harus mengatakan yang benar itu benar dengan kejujuran, keberanian, rendah hati, peka terhadap lingkungan, toleran, dan terbuka kepada siapa saja. »
Menurut Magnis, « intelektual yang tampil menjadi politisi hendaknya tetap harus menampakkan sikap kritis, karena ideologi kaum intelektual adalah kebenaran. »

Wah ! Hati dan pikiran saya semakin tergelitik : « Dan bagaimana Marissa ? »

Maka saya pun teringat pada suasana di arena perpolitikan ketika menyimak impresi dari Rosihan Anwar terhadap Marissa. Semata-mata karena (Berita Sore 10/5/2004) sang jurnalis senior itu duduk di sebaris kursi bersama Aristides Katopo, pemred Sinar Harapan dan sang « bintang film Marissa Haque SH yang tampil sebagai Caleg PDI-P di Jawa Barat dan terpilih sebagai anggota DPR. »

Dalam suasana meriah dilangsungkannya acara mengumumkan duet capres dan cawapres PDI-P Mega-Muzadi di Tugu Proklamasi 6 Mei 2004 itu, Rosihan Anwar memperoleh kesan bahwa « artis Marissa Haque yang berjilbab bertepuk tangan kayak penggembira sebuah muktamar. »

Wah ! Hati dan pikiran saya semakin tergelitik saja jadinya : « Benarkah ? Tapi apa hanya sebagai penggemar muktamar ? Kenapa sih sang bintang film yang juga mulai jadi bintang arena politik itu  berdiri di bawah kibaran panji PDI-P ? »
Jawabannya diutarakan ketika berkunjung ke redaksi Pikiran Rakyat Bandung 21 Februari 2004. Jelas tegas sederhana saja.
« Saya jatuh cinta kepada Ibu Mega, » kata Marissa. « Itulah alasan saya memilih Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sebagai wadah politik saya. »

Sesungguhnya, dalam pengakuannya lebih jauh, jatuh cinta yang dimaksudkanya itu adalah berupa kekaguman Marissa kepada Megawati. Dimulai ketika menyaksikan penampilan beliau yang amat mempesona ketika hadir dalam KTT di Ohio, New York, duduk di antara Presiden AS George W. Bush, Presiden Perancis Jacques Chirac dan Sekjen PBB Kofi Annan.
Wah ! Terus tergelitik, hati saya pun bertanya : « Apa benar ketertarikannya pada parpol pimpinan Megawati itu hanya baru dari tahun-tahun belakangan ini saja ? »

Begitulah, jika diperhatikan rangkaian jejak langkah aktivitas-kreativitasnya, ketika masa muda remaja Marissa ternyata pernah tergabung dalam kegiatan tari dan nyanyi dalam sanggar « Swara Mahardika » pimpinan Guruh Soekarno-poetera. Seperti tertera di halaman Ensi Tokoh Indonesia itu.

Dari situ juga dapat diketahui prestasinya sebagai Aktris Pembantu terbaik FFI 1985 dalam film Tinggal Landas Buat Kekasih (1984). Nominasi Aktris Terbaik FFI 1985 dalam film Serpihan Mutiara Retak (1985). Aktris Terbaik pada Festival Film Asia Pasifik 1987 dalam film Matahari Matahari (1985).

Permunculannya di seni Gambar Hidup tak kurang dari 30-an judul. Kongkritnya : 4 berupa Iklan, 6 Sinetron dan 20 film. Sungguh merupakan suatu prestasi yang membina prestise luar biasa cerlang-cemerlang selayaknya bintang kejora.
Maka dari itu kiranya tidaklah begitu mengagetkan kalau prestasinya di arena perpolitikan yang dimasukinya pun amat mengesankan. Jika tidak mau dikatakan mentercengangkan orang. Baik intervensinya di dalam sidang DPR maupun di luar lembaga tinggi resmi itu dan di berbagai kesempatan lainnya di depan publik. Seperti dalam kehingar-bingaran perdebatan sekitar kenaikan harga BBM. Dalam salah satu kesempatan sang bintang bahkan mengecam sikap arogan Wapres Jusuf Kalla tak ubahnya seperti pemimpin Nazi : Adolf Hitler. Pasalnya Kalla mengemukakan pendapatnya bahwa DPR tidak punya hak turut campur dalam urusan BBM. 

« Bohong besar kalau DPR tidak punya hak, » kata Marissa seraya mengutarakan argumentasinya yang mendasar dan yang memihak kepada rakyat. Teriring pula anjurannya supaya kader Golkar mulai memikirkan untuk mengganti dua pemimpinnya : Jusuf Kalla dan Agung Laksono. Sebab, masih banyak kader Goilkar yang lebih baik, yang pro-rakyat.
Panasnya suasana perdebatan sekitar penaikan harga BBM di ruang sidang DPR itu sedemikian rupa tingginya hingga terjadi tawuran. Ujungnya selusin anggota DPR dipanggil Badan Kehormatan DPR karena diduga melakukan pelanggaran kode etik dalam rapat paripurna itu. Salah seorang di antaranya adalah sang bintang film politisi yang berpihak (engage) itu : Marissa Haque.

Akan tetapi, meski belum seberapa jauh pengalamannya di arena perpolitikan, Marissa sudah menunjukkan kegagah-beraniannya dalam mengungkapkan kebenaran dari realitas di berbagai bidang kehidupan. Selain contoh soal kenaikan BBM itu juga pernyataannya bahwa « Departemen Agama Perlu Direstrukturasi » (Gatra 2005-02-05). Karena « Diduga Ada ‘Mafia’ Haji. »

Selain hal-ihwal tersebut di atas itu, Marissa Haque juga dikenal umum sebagai sosok perempuan yang amat perhatian pada lingkungan alam dan kebersihan serta kehidupan insan yang manusiawi.. Yang kesemuanya berkaitan erat dengan kehidupan spiritualitasnya yang Islami. Seperti diimpresikan Lisya Anggraini dari Batam itu. ***

Catatan : Naskah « Marissa Haque Artis Politis Engage » disiar pertama kali Harian Batam Pos, Kolom : Impresi Dari Eropa, 9 April 2005, edisi cetak & online. Kemudian disiar ulang beberapa media elektronika seperti DepokMetro dan SwaraTv. ABE-Kreasi Multiply Com : http://www.16j42.multiply.com 26.03.2007. Ilustrasi foto : Lisya & Icha. ***

Cari Blog Ini