Kenangan Kemenangan Kecil Marissa Haque, Ikang Fawzi, MM UGM, Program MBA, Yogyakarta

Kenangan Kemenangan Kecil Marissa Haque, Ikang Fawzi, MM UGM, Program MBA, Yogyakarta
Kenangan Kemenangan Kecil Marissa Haque, Ikang Fawzi, MM UGM, Program MBA, Yogyakarta, 25 Januari 2011

Wisuda MBA Ikang Fawzi Suami Marissa Haque dari FEB UGM, on Obsesi, GLOBAL TV, Feb, 2, 2011

Wisuda MBA Ikang Fawzi Suami Marissa Haque dari FEB UGM, on Obsesi, GLOBAL TV, Feb, 2, 2011

Tembang Gesang: Ikang Fawzi, Cerdas, kreatif dan Rendah Hati

Tembang Gesang: Ikang Fawzi, Cerdas, kreatif dan Rendah Hati

Sabtu, 28 Mei 2011

Lucu Juga! (Berbalas ‘Pantun’ untuk Fitnah di detik.com tentang Keturunan Yahudi *)


"Terimakasih Perancis untuk Bentuk Leher dan Hidungku: Marissa Haque"

Terimakasih Perancis...terimakasih ...

Ya Allah... kelu terasa lidah ini kala seorang sahabat almarhumah Ustadzah Yoyoh Yusroh dari PKS suatu saat di Komisi 8 DPR RI saat lalu mengingatkan kepadaku, sebagai berikut: "... mbak Icha...Hai Ukhti Marissa Haque...pernahkah kamu sadari bahwa bentuk leher jenjangmu itu, serta bentuk cuping hidung mu itu adalah anugerah luar biasa dari Allah Azza wa Jalla melalui nenek Perancis-Belanda-mu kepadamu agar kamu mampu bersyukur. Bahwa semuanya hanyalah titipan-Nya semata, tidak lebih! Serta janganlah kau bersombong oleh karenanya..."
Ya Allah aku ingin selalu bersyukur setiap detik... I love Thee every second...
Allahu Akbar!
Memang ... saya sering diledek oleh oknum tertentu kalau suara saya tak merdu serta tak mampu bernyanyi. Hehe...biarlah... walau sebenarnya, saya memang sangat ingin mampu bernyanyi sebagaimana halnya Ikang Fawzi suamiku, Bella dan Kiki kedua anak-anakku, atau kerabat lain yang dekat di hati.  Namun tentu, tak bisa bernyanyi bukan berarti dunia berhenti berputar! Juga tak lantas membuatku bersedih. Karena bukan rezekiku dan menerima takdir bahwa Allah SWT ternyata memang tidak menitipi bakat bernyanyi untukku. Not a big deal-lah! Namun apapun yang dititipkan-Nya serta yang embeded (melekat) dalam diri ini sselamanya akan menjadi 'penanda' bagi seluruh kehidupanku. Alhamdulillaaaaaah... selalu kusyukuri setiap detiknya dengan sepenuh jiwa raga.
Terimakasih Ya Allah... Terimakasih Perancis Terimakasih Papa dan Mama, terimakasih Opa dan Oma, terimakasih Eyang Kakung dan Eyang Putri... matur nuwun sanget nggih... jazakumullah khoir... mercy beaucoup...

Oma Charlotte...Opa Sirajul... I will see both of you one day.
Papa Allen... I owe you and I miss you so much... terimakasih untuk darah India (Islam), dari Opa Sirajul Haque dan  darah Belanda-Perancis (Katolik cum Mu'alaf Islam) dari Oma Charlotte Louis Poittier yang mengalir melaluimu. Juga darah Jawa-timuran (Madura) dari Mama Mieke. Nama Islam Papa Allen yang tertulis sebagai Misbah Ul Haque sangat indah, dan kata Pak Ustad Rodzi di Malang, Jatim bermakna lampu terang yang menerangi hak! Tak heran Pa...kalau dalam hidup saya selalu ingin menerangi banyak sudut gelap dalam hidup ini. Allahu Akbar!
Luv u full Pa... Ma...

dan

* Yang bukan-bukan saja bagi mereka yang iseng melempar isu tersebut. Patut diduga bahwa mereka kelebihan waktu (mungkin juga  pengangguran), sampai tega mengatakan saya keturunan Yahudi... masya Allah...
Namun saya memaafkan anda! Semoga tulisan mini-ringan ini dapat menerangi anda saudaraku... istighfar segera ya kalau anda seorang Muslim! > (berita didapatlan di: http://forum.detik.com/showthread.php?p=13284413)

Jumat, 27 Mei 2011

"Praktik Diplomasi sang Calon Menantu": Kenangan Marissa Haque (salam untuk Christine Panjaitan)


Sering secara sambil bercanda saya ungkapkan kepada Ikang Fawzi suamiku, bahwa ilmu diplomasi dari Dato' Fawzi dengan sengaja saya coba terapkan kepada ibunya--Ibu Mertuaku terkasih Ibu atau Mbah Yuya Moe'min.

Lalu sambil melihat serius secara curious, Ikang Fawzi suamiku meletakkan majalah Tempo yang ada di tangannya. Suamiku tahu kalau sudah begitu saya pasti sedang ingin bercanda dan berdekat-dekatan dengannya dalam menghabiskan waktu di malam hari tenang di rumah kami di Pelangi Bintaro, Tangsel, Banten.

Saya katakan bahwa di saat pertama berjumpa dengan Ibu almarhumah, sejujurnya saya merasa agak takut. Karena penampilan Ibu layaknya Ibu pejabat di era Presiden Soeharto yang anggun dan penuh kharisma.

Selain itu sayapun mendengar langsung dari pacarku (saat itu), bahwa mantan pacarnya di saat lalu dari Satra Cina atau Sinologi UI (Universitas Indonesia), juga sangat takut kepada Ibu almarhumah. Waddduuuhh... bathinku saat itu.. gawat nih! Hehe...Kata pacarku itu, Ibu almarhumah tidak suka kepada--sorry Chris...just to be honest to everybody who read this blog--bahwa Ibu Yuya sangat tersinggung kepada Ibunya Christine Panjaitan yang menolak anaknya untuk merencanakan pernikahan atau getting more serious in their relationship. Ibu Yuya merasa anak lelaki tersayangnya tidak layak menderita dalam hubungan rahasia alias back street yang terpaksa mereka lakukan selama itu! Kalau Christine Panjaitan yang cantik serta bersuara merdu itu gagal dalam melakukan pendekatan kepada Ibu Yuya, maka saya memang bertekad kuat untuk berhasil menaklukan hatinya.

Kala itu, Ikang Fawzi pacarku mengatakan bahwa Christine Panjaitan memang telah berusaha melakukan pendekatan, namun memang tidak optimal, karena karakter Chris berbeda dengan saya yang memang bisa sangat ramai serta hangat kala bertegur-sapa dengan siapapun atau lebih tepatnya tidak meraa tinggi hati untuk bersedia menegur-sapa duluan. Waaaah...tentu 'kembang-kempis' cuping hidungku mendengar pujian ikhlas semacam itu. Karena dorongan semangat dari pacarku Ikang Fawzi, maka saat itu action "cito" alias segera karena urgent untuk meng-approach langsung kukerjakan.

Setiap kali datang maka selalu ada 'semacam buah tangan' yang kubawa untuk beliau. Untunglah saat itu undang-undang menyangkut gratifikasi belum ada...hehe...hingga tak perlu saya harus ditangkap KPK karena melakukan upaya penyuapan...hehehe... Konyol memang! Karena saya kan saat itu adalah mahasiswi dari Fakultas Hukum dari Universitas Trisakti, Jakarta. Dan tahu kalau hal tersebut terjadi di ranah peradilan Indonesia, mengakibatkan perlakuan tidak adil dan setara dalam mendapatkan hasil keputusan hakim yang signifikan penuh dengan asas equality before the law...hehehe... Namun Ikang Fawzi suamiku mengatakan tanpa 'diplomasi' "membawa ini dan itu" pun Ibu Yuya sudah jatuh hati kepadaku yang sangat "perempuan" katanya.

Nah! "Sangat perempuan" yang dimaksud sebenarnya adalah bahwa saya sangat menyukai juga pekerjaan domestik semisal: (1) membuat kue; (2) membuat pangan serba Italia; serta (3) punya hobi mengumpulkan resep aneka kuliner dunia termasuk jejamuan (secara khusus Jamu Madura). Karena Chris sang mantan suamiku konon kata Ibu almarhumah, tidak memiliki semua yang kumiliki kecuali suara merdunya semata (dan tentunya cantik juga). Saat itulah kumantapkan hati dengan mengatakan:"... you got it!"

 Artinya, disanalah entry point-ku melalui kemenanganku atas Chris yang saat itu sangat kuketahui masih sering menghubungi Ikang Fawzi pacarku melalui telepon ke rumahnya di jl. Benteng Garuda, Pasar Minggu atau melalui Kakak Ikang tertua bernama Kak Uttie dengan bertelpon ke PT. Japex (Japan Petroleum Exploration) di Jakarta.

Ah, Ikang Fawzi suamiku memang lelaki baik dan tak pernah ingin 'membuang' Chris di tengah 'kepatah-hatiannya'atas diterimanya lamaran calon suami pilihan keluarga Bataknya. Namun tentu apa yang mereka lakukan menyakiti hati terdalamkulah! I never know how much they still love each other di saat saya sudah resmi diterima oleh keluarga Fawzi. Mungkin karena Chris memang bersuara merdu sebening genta gereja, atau karena untuk ukuran general perempuan Batak Chris memang kuakui cantik. Kalau untuk urusan cantik memang Ikang Fawzi pacaraku saat itu punya semacam 'kelebihan' tertentu, dimana matanya tak pernah salah dalam menilai yang cantik dan yang seksi...hehe...termasuk yang serba merdu...hehehe. (again!). Dan saya memang sampai sekarang sering protes kepada 'kelebihan' Ikang Fawzi suamiku itu ... Bahkan saya mengancam akan meninggalkannya melalui cara salah satunya menerima tawaran main film ke Amerika Serikat dari Bapak Hatoek Soebroto untuk film berjudul "Arini Masih Ada Kereta yanga Akan Lewat"--akhirnya film tersebut dibintangi oleh mbak Widyawati & Rano Karno--menjadi pemeran utama bersama Adi Bing Slamet. Dan saya sampaikan kepada Ikang Fawzi pacarku bahwa sebaiknya dia tetap serius dengan Chris dan bertekad mendekati terus secara serius hati Ibu Yuya dengan cara apapun juga. Saya tidak mau menjadi 'ban serep' cinta. Wa bil khusus, karena saat itu sayapun punya "teramat-sangat-kelewat" banyak 'penggemar' setia yang menunggu uluran balasan cinta dariku. Kumbang-kumbang yang datang tersebut beraneka ragam 'bentuk'-karakter-agama-suku nya. Yah...alhamdulillah memang saat itu sayapun sedang naik daun dan memiliki pula pengagum yang sangat banyak, sehingga merasa tak akan kesulitan dalam memilih pasangan untuk insya Allah suamilah begituuuu... Ikang Fawzi pacarku kusaksikan memang sangat panik mendengar keberatan hati serta penjelasanku! Hal tersebut memang kusengaja karena sejujurnya saya tidak merasa nyaman dengan keberlanjutan kehadiran Christine Panjaitan dalam keluarga Ikang Fawzi pacarku, karena bukankah saat itu mereka sudah putus dan saya telah menjadi pacar resminya? Kalau saat itu saya hadir dalam kehidupan seorang duda beranak--seperti manatan pacarku sebelum Ikang Fawzi--tentu saya tak akan merasa 'gerah' karena jelas statusnya seorang duda cerai! Lhaaa... kalau mereka kan bedaaaa... mana seluruh lagu-lagu yang dibawakan Chris saat itu (yang digubah oleh Bang Rinto Harahap) sebagian besar 'seakan' bercerita tentang kepatah hatian dia dan 'meleleh' bersama bedua dalam cinta abadi! Saya harus memohon maaf secara serius kepada Bang Rinto kalau suatu saat bertemu lagi di Medan bersama mbak Vonny Waluyo sang EO alumni LP3I Banda Aceh, bahwa saya pernah sangat antipati kepada seluruh lkaryanya yang dinyanyikna Christine Panjaita. juga kepada Christine Panjaitan tentunya, secara khusus saya harus meminta maaf karena secara menahun memendam ketidaksukaan yang tinggi kepada dia. Bisa jadi kata mbak Vonny karena Christine Panjaitan mempunyai sifat introfert berbeda dengan saya yang jauh lebih terbuka dan senang menjadi a good listener. Kalau saja sejak awal Christine Panjaitan menunjukkan sikap bersahabat dan mau berbagi rasa denganku saat itu, cerita akan berbeda.

Tapi apa tidak mungkin kalau saat itu sesungguhnya Christine Panjaitan sebenarnya "cemburu" terhadap kehadiranku yang dengan sangat mulus diterima sangat hangat oleh seluruh anggota keluarga besar "baraya sadayana" Banten pacarku terkasih? Karenanya sayapun jadi su'udzon bahwa kala saya telah menjadi kekasih tetap Ikang Fawzi, sebenarnya bibit cinta mereka berdua belumlah padam! Subhanallaaah... semoga saja Christine Panjaitan bersedia memaafkan saya sebelum salah satu dari kami meninggal dunia... Namun memang dia itu agak ...gimana ya? Saat mbak Vonny Waluyo membuat acara di Medan bulan lalu agar saya dan Christine Panjaitandapat duduk semeja dan berbincang sebagaimana para artis lain yang diundang ke Medan, Chris agak 'rikuh' saat ada Ikang...aneh! Biasa sajalah Chris... Akhirnya saat dia baru turun panggung, sayalah yang mencoba menegur dia dengan manis serta "diplomatis" dengan kalimat: "...selamat yan Christine, sukses selalu!" Sudah, hanya begitu sajaaa... Tak ada sapa atau basa-basi lainnya, karena dia hanya mengucapkan: "...terimakasih..." Ya wis-lah saya membathin. Dan esok subuhnya Christine Panjaitan kembali lebih dulu ke Jakarta karena ada shooting TV dengan Andre Taulani di acara Pas Mantap Trans 7.

Informasi saya dapatkan dari asisten Andre yang wartawati di Tangsel bahwa Andre telah mengatur jadwal untuk manggung juga di acara sama bersama Mike Tramph (suami Ayu Azhari penyanyi rock White Lion asal Amerika Serikat), tapi harinya dibedakan karena tidak ingin kejadian seperti di acara Zona Memori Metro TV kejadian lagi. Dimana Mas Sys NS dan Ida Arimurti--mungkin juga ndak sengaja--sangat "norak" bersama Sandro Tobing menjadikan bulan-bulanan kehadiran Ikang Fawzi suamiku dipanggung bersama Christine Panjaitan. Dan herannya tidak ada ungkapan keberatan dari Christine Panjaitan, bahkan suamikupun diam saja tidak menceritakannya langsung kepadaku seperti biasanya. Hehe... Ikang Fawzi suamiku mungkin lupa bahwa saya ini separuh badan sudah seperti intelijen...hehe...(maksudnya intel pentium 4), bahwa segala sesuatu yang disembunyikan dirinya, cepat atau lambat selalu mampu saya ketahui (smile!). Saat Christine Panjaitan balik ke Jakarta, saya, Ikang Fawzi suamiku, dan LP3I, masih dua hari lagi di Medan bersama Bapak Walikota Medan melakukan touring pendataan siswa SMU menjelang UN (Ujian Nasional).

Saya pikir saya dan suami, juga semoga Christine Panjaitan memiliki perasaan dan pikiran yang sama, bahwa alangkah baiknya kita semua melakukan langkah diplomatis serta rekonsiliasi atas apa yang pernah terjadi di masa lalu. Saya benar-benar ingin berjumpa dengan dokter Maringan Tobing suaminya...sebagai saudara, teman, atau pasien obgin barangkali begituuuu... Kata Christine Panjaitan dalam wawancaranya suaminya sekarang ahli di bidang ilmu obgin dan karsinogenik, kebetulan keluargaku rentan terhadap kanker. Sekalian konsultasilah inginnya... Tapi lagi-lagi tergantung kepada Christine Panjaitan. Semoga sebagai mantan calon menantu keluarga diplomat, dirinya lebih terbuka dan bersikap manis kepada saya dan Ikang Fawzi suamiku. Dan menganggap bahwa masa lalu...just let it go...

Salam kasihku untukmu Christine Panjaitan saudariku... tetap semangat dalam menyanyi ya? Ditunggu album barumu... sukses ya Sist? Semoga kita jumpa lagi di Medan di acara mbak Vonny Waluyo. Dan semoga juga, kau bawalah Bang Ingan-mu itu Chris. Saya pribadi ingin berkonsultasi tentang riwayat kesehatan dalam keluargaku. Kata Soraya dan Shahnaz adikku suamimu pernah mereka wawancara, dan sangat ahli alias pintar suaminu itu. Kami berdua ( Ikang dan saya) turut senang mendengar celotehan kedua adik-adikku itu... Horas!

Sumber: http://marissahaque-diplomasi-inspirasi.blogspot.com/

Catatan tentang Perancis & Ajaran Bahasa: dalam Marissa Haque


Agence intergouvernementale de la Francophonie (AIF)
 
Alliance française
www.alliancefr.org
 
Fédération internationale des professeurs de français (FIPF)
 

Ikang Fawzi & Marissa Haque Setuju Musik Masuk Kurikulum


Jum’at, 04 Maret 2011 17:15 wib
Sumber: http://kampus.okezone.com/read/2011/03/0…
SURABAYA- Kondisi pelajaran musik di sekolah dasar hingga menengah atas kian memprihatinkan. Bahkan pola-pola pembelajaran terkesan monoton sehingga siswa tidak memahami musik secara pasti. Pelajaran musik di Indonesia hanya sebatas teori saja.
Hal itu disampaikan Ketua Music Teacher Association of Indonesia (MTAoI) Ivon Maria Pek Pien. “Pelajaran musik di Indonesia sangat jauh tertinggal dibanding luar negeri. Oleh karena itu, melalui MTAoI ini akan diperjuangkan agar terwujudnya kurikulum musik skala nasional,” kata Ivon di sela-sela acara Open Piano Competition The 11th Galaxy International di Hotel JW Marriot, Jalan Embong Malang, Surabaya, Jum’at (4/3/2011).

Dia menambahkan, di Indonesia, sekolah musik selalu dicampurkan dengan sekolah umum. Beberapa siswa selalu dibebani dengan pelajaran musik yang hanya teori saja. MTAoI berencana menggulirkan kurikulum bagi perkembangan musik di Indonesia, yakni bagaimana menanamkan musik secara benar sejak dini. Kemudian, ketika siswa beranjak dewasa dapat menerapkan musik tanpa harus les privat lagi.

Ivon mengkritik, Indonesia tidak memiliki konservatorium, sebuah wadah untuk mencari bakat-bakat musisi. Di luar negeri, seperti di New York dan Eropa, konservatorium ini sudah melembaga. “Kabarnya sih akan ada pembangunan konservatorium di Indonesia. Sayangnya yang mendanai bukan pemerintah Indonesia, melainkan pemerintah Belanda bekerja sama dengan kampus Widya Mandala Surabaya,” ungkapnya. (rfa)(rhs)

Tulisan Sahabat Kami Pasangan Lisa Kohar & Kohar Ibrahim: Marissa Haque & Ikang Fawzi


Mar 26, '07 2:17 AM
oleh Ibrahimuntuk

A. Kohar Ibrahim :
Marissa Haque Artis Politisi Engage
Esai
Impresi dari Eropa
(4)
ADALAH orang yang sangat beruntung memiliki nama bernada irama memikat. Demikian menurut sastrawan Guy de Maupassant, dengan mengambil contoh nama intelektual  : Zola. Lengkapnya : Emile Zola. Sang pengarang roman engage « Germinal » dan sang penguggat ketidak adilan dan kedustaan dengan suratnya yang masyhur: « J’accuse ».
« Zo…la ! Oh la la ! » begitulah kiranya diimpresikan sekali pun hanya dalam hati. « Wah ! »

Jujur saja, saya pun termasuk yang suka menyimak nama-nama bukan saja bermakna melainkan juga bernada irama puitika. Karena itulah seketika saya tergugah, ketika baru-baru ini mendengar informasi sedang berlangsungnya seminar mengenai trafiking di kota Batam. Pasalnya berita tersebut menyebut kehadiran sosok kondang bernama Marissa. Maka kontan hati dan pikiran saya tergelitik.

Diucapkan via ponsel oleh seorang wanita, nama itu sarat irama yang ngemong layaknya seorang Ma(k) yang menyampaikan kesejuk-asaan dan perlindungan. 

« Ma… Ma-lisa… ! » kiranya begitulah bisa diimajinasi seorang balita kolokan memanggil-manggil mengundang kasih dan sayang. « Mari…Marissa… ! »

Sesungguhnya nama itu bukan sekedar nama yang hampa melainkan amat bermakna bernada irama penuh perhatian kasih sayang insan manusiawi. 

« Marissa tidak hanya berkapasitas dan berwawasan luas, » jelas Lisya Anggraini sang pemberi khabarku dari Batam itu. « Tapi juga punya akhlak yang baik dan memiliki tingkat spiritualitas dan pendalaman agama yang tidak cekak. Dia adalah salah seorang anggota DPR yang membidangi agama, sosial, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak-anak. »
Wah ! Kian tambah menggelitik saja lah jadinya. Lebih-lebih lagi ketika Lisya menambahkan penjelasannya bahwa Marissa salah seorang sosok artis kondang. Bintang film yang telah meraih sejumlah penghargaan tinggi.

Wah ! Sepertinya Lisya lagi memberi aba-aba sembari senyum supaya saya segera melacak barisan nama-nama kenamaan alias kaum selebriti Indonesia. 

« Marissa Haque… ! » desisku ketika menemukan seraya menyimak foto wajahnya. Sepintas lintas aku jadi teringat pada bintang film India terkemuka : Aishwarya. Yang membintangi film terbarunya « Devdas. » mengisahkan seorang lelaki pencinta yang tiada taranya terhadap perempuan idamannya. Aktris mantan Miss Monde itu minggu ini wajahnya jadi cover majalah mingguan terkemuka Eropa : Le VIF-EXPRESS .

Dari Batam Nusantara sepertrinya aku lagi dapat berkas cahya kejora. Dalam menelusuri seraya melacak-simak Marissa Haque. Betapa tidak. Bintang film yang kini juga sebagai politisi itu ternyata memang dari asal-usulnya juga ada aliran darah India-nya. Seperti yang dituturkan Ensiklopedi Tokoh Indonesia, kakeknya berasal dari India dan beragama Islam ; neneknya keturunan Belanda-Perancis beragama Kristen. Allen Haque, ayahnya juga berdarah Belanda-Perancis. Sedangkan ibunya Nike Suharyah binti Cakraningrat berasal dari Madura. Marissa yang kelahiran Balikpapan 15 Oktober 1962 menikah dengan Rocker Ikang Fawzi 12 April 1987.

Dari halaman Ensi itu pun dapat diketahui bahwa sang artis-politisi itu adalah seorang Sarjana Hukum Universitas Trisakti, selain mengukti Studi Kajian Film di Ohio University, Amerika Serikat.

Gelitikan hati selanjutnya melahirkan pertanyaan : Apakah Marissa Haque itu sebagai sosok intelektual selaras pemaknaan Prof Dr Franz Magnis-Suseno ? Yang bahwasanya  : « Secara moralitas, kaum intelektual harus mengatakan yang benar itu benar dengan kejujuran, keberanian, rendah hati, peka terhadap lingkungan, toleran, dan terbuka kepada siapa saja. »
Menurut Magnis, « intelektual yang tampil menjadi politisi hendaknya tetap harus menampakkan sikap kritis, karena ideologi kaum intelektual adalah kebenaran. »

Wah ! Hati dan pikiran saya semakin tergelitik : « Dan bagaimana Marissa ? »

Maka saya pun teringat pada suasana di arena perpolitikan ketika menyimak impresi dari Rosihan Anwar terhadap Marissa. Semata-mata karena (Berita Sore 10/5/2004) sang jurnalis senior itu duduk di sebaris kursi bersama Aristides Katopo, pemred Sinar Harapan dan sang « bintang film Marissa Haque SH yang tampil sebagai Caleg PDI-P di Jawa Barat dan terpilih sebagai anggota DPR. »

Dalam suasana meriah dilangsungkannya acara mengumumkan duet capres dan cawapres PDI-P Mega-Muzadi di Tugu Proklamasi 6 Mei 2004 itu, Rosihan Anwar memperoleh kesan bahwa « artis Marissa Haque yang berjilbab bertepuk tangan kayak penggembira sebuah muktamar. »

Wah ! Hati dan pikiran saya semakin tergelitik saja jadinya : « Benarkah ? Tapi apa hanya sebagai penggemar muktamar ? Kenapa sih sang bintang film yang juga mulai jadi bintang arena politik itu  berdiri di bawah kibaran panji PDI-P ? »
Jawabannya diutarakan ketika berkunjung ke redaksi Pikiran Rakyat Bandung 21 Februari 2004. Jelas tegas sederhana saja.
« Saya jatuh cinta kepada Ibu Mega, » kata Marissa. « Itulah alasan saya memilih Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sebagai wadah politik saya. »

Sesungguhnya, dalam pengakuannya lebih jauh, jatuh cinta yang dimaksudkanya itu adalah berupa kekaguman Marissa kepada Megawati. Dimulai ketika menyaksikan penampilan beliau yang amat mempesona ketika hadir dalam KTT di Ohio, New York, duduk di antara Presiden AS George W. Bush, Presiden Perancis Jacques Chirac dan Sekjen PBB Kofi Annan.
Wah ! Terus tergelitik, hati saya pun bertanya : « Apa benar ketertarikannya pada parpol pimpinan Megawati itu hanya baru dari tahun-tahun belakangan ini saja ? »

Begitulah, jika diperhatikan rangkaian jejak langkah aktivitas-kreativitasnya, ketika masa muda remaja Marissa ternyata pernah tergabung dalam kegiatan tari dan nyanyi dalam sanggar « Swara Mahardika » pimpinan Guruh Soekarno-poetera. Seperti tertera di halaman Ensi Tokoh Indonesia itu.

Dari situ juga dapat diketahui prestasinya sebagai Aktris Pembantu terbaik FFI 1985 dalam film Tinggal Landas Buat Kekasih (1984). Nominasi Aktris Terbaik FFI 1985 dalam film Serpihan Mutiara Retak (1985). Aktris Terbaik pada Festival Film Asia Pasifik 1987 dalam film Matahari Matahari (1985).

Permunculannya di seni Gambar Hidup tak kurang dari 30-an judul. Kongkritnya : 4 berupa Iklan, 6 Sinetron dan 20 film. Sungguh merupakan suatu prestasi yang membina prestise luar biasa cerlang-cemerlang selayaknya bintang kejora.
Maka dari itu kiranya tidaklah begitu mengagetkan kalau prestasinya di arena perpolitikan yang dimasukinya pun amat mengesankan. Jika tidak mau dikatakan mentercengangkan orang. Baik intervensinya di dalam sidang DPR maupun di luar lembaga tinggi resmi itu dan di berbagai kesempatan lainnya di depan publik. Seperti dalam kehingar-bingaran perdebatan sekitar kenaikan harga BBM. Dalam salah satu kesempatan sang bintang bahkan mengecam sikap arogan Wapres Jusuf Kalla tak ubahnya seperti pemimpin Nazi : Adolf Hitler. Pasalnya Kalla mengemukakan pendapatnya bahwa DPR tidak punya hak turut campur dalam urusan BBM. 

« Bohong besar kalau DPR tidak punya hak, » kata Marissa seraya mengutarakan argumentasinya yang mendasar dan yang memihak kepada rakyat. Teriring pula anjurannya supaya kader Golkar mulai memikirkan untuk mengganti dua pemimpinnya : Jusuf Kalla dan Agung Laksono. Sebab, masih banyak kader Goilkar yang lebih baik, yang pro-rakyat.
Panasnya suasana perdebatan sekitar penaikan harga BBM di ruang sidang DPR itu sedemikian rupa tingginya hingga terjadi tawuran. Ujungnya selusin anggota DPR dipanggil Badan Kehormatan DPR karena diduga melakukan pelanggaran kode etik dalam rapat paripurna itu. Salah seorang di antaranya adalah sang bintang film politisi yang berpihak (engage) itu : Marissa Haque.

Akan tetapi, meski belum seberapa jauh pengalamannya di arena perpolitikan, Marissa sudah menunjukkan kegagah-beraniannya dalam mengungkapkan kebenaran dari realitas di berbagai bidang kehidupan. Selain contoh soal kenaikan BBM itu juga pernyataannya bahwa « Departemen Agama Perlu Direstrukturasi » (Gatra 2005-02-05). Karena « Diduga Ada ‘Mafia’ Haji. »

Selain hal-ihwal tersebut di atas itu, Marissa Haque juga dikenal umum sebagai sosok perempuan yang amat perhatian pada lingkungan alam dan kebersihan serta kehidupan insan yang manusiawi.. Yang kesemuanya berkaitan erat dengan kehidupan spiritualitasnya yang Islami. Seperti diimpresikan Lisya Anggraini dari Batam itu. ***

Catatan : Naskah « Marissa Haque Artis Politis Engage » disiar pertama kali Harian Batam Pos, Kolom : Impresi Dari Eropa, 9 April 2005, edisi cetak & online. Kemudian disiar ulang beberapa media elektronika seperti DepokMetro dan SwaraTv. ABE-Kreasi Multiply Com : http://www.16j42.multiply.com 26.03.2007. Ilustrasi foto : Lisya & Icha. ***

Senin, 02 Mei 2011

Pelatihan UKM di Tasikmalaya 2011: Koran Jurnas, PT. Telkom, Syamsudin Ch. Chaesy & Marissa Haque

Terimakasih banyak Bang Syam, may Allah always bless you…

marissa-haque-fawzi-silaturahim-fh-ugm-2011-di-yogyakarta_211x240
Manager Kandatel Tasikmalaya, Wahyudin kepada wartawan mengatakan, pelatihan digelar kantor pusatnya, dan jajarannya hanya menfasilitasi tempat serta peserta. Pada kegiatan ini selain berupa penyampaian materi pencerahan oleh sejumlah sumber kompeten, pihaknya mulai menyiapkan website bagi pelaku UKM sebagai ajang publikasi.

Selain beberapa tantangan lama masih mengungkungi pelaku industri UKM halnya, kemampuan SDM, inovasi produk dan akses pasar, Ketua Kadin Kota Tasikmalaya, Wahyu Tri Rahmadi, saat ditanya terpisah memaparkan, keterbatasan akses pelaku ini terhadap fasilitas promosi atau publikasi digital adalah bagian lain dari tantangan yang di harapkan ke depan terpecahkan.
ikang-fawzi-dan-marissa-haque-selalu-mesra1“Karenanya, kita sangat apresiasif kegiatan serupa ini sebagai kepedulian yang diharapkan lebih komprehensif memenuhi kebutuhan solusi permasalahan yang dialami pelaku UKM,” ujar Wahyu. “Saya pun yakin, melalui layanan publikasi digital gratis, sangat besar artinya bagi kalangan UKM, produk-produk unggulan lokal kita-akan terpromosikan secara luas yang tentu artinya bagi kemajuan ekonomi masyarakat,” pungkas dia.
Pada pelatihan itu hadir imagineer N. Syamsuddin Ch. Haesy, sebagai motivator yang bersama imagineer Yus Ruslan Achmad memberikan materi Imagineering Mindset, Master trainer Ismeth Ali, Pemimpin Redaksi Jurnal Nasional Asro kamal Rokan, dan Marissa Haque. [nm]

Sumber (1): http://www.akarpadi.com/?p=1928

Sumber (2): http://marissahaque-bmt.blogdetik.com/2011/03/28/pelatihan-ukm-di-tasikmalaya-2011-koran-jurnas-pt-telkom-syamsudin-ch-chaesy-dan-marissa-haque

Cari Blog Ini